Latihan
dan Pengembangan SDM
Pelatihan (training) adalah proses
pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur
sistematis dan terorganisir sehingga tenaga kerja non manajerial
mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu.
Pengembangan (development) merupakan
fungsi operaasional kedua dari manajemen personalia, pengembangan karyawan baru
/ lama perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan Program
pengembangan karywan hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada
metode-metode ilmiah serta berpedoman pada ketrampilan yang dibutuhkan
perusahaan atau suatu instansi pendidikan saat ini maupun untuk masa depan.
Tujuan Pelatihan dan
Pengembangan SDM
1. Tujuan
Pelatihan SDM
a)
Memutakhirkan keahlian seorang
individu sejalan dengan perubahan teknologi.
b)
Melalui pelatihan, pelatih (trainer)
memastikan bahwa setiap individu dapat secara efektif menggunakan
teknologi-teknologi baru.
c)
Mengurangi waktu belajar seorang
individu baru untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan.
d)
Membantu memecahkan persoalan
operasional.
2. Tujuan Pengembangan SDM
a)
Meningkatkan produktivitas.
b)
Meningkatkan mutu tenaga kerja
c)
Meningkatkan ketepatan dalam
perencanaan SDM
d)
Meningkatkan semangat kerja: Suatu
rangkaian reaksi positif dapat dihasilkan dari program pelatihan perusahaan
yang direncanakan dengan baik.
e)
Menarik dan menahan tenaga kerja yang
baik
f)
Menjaga kesehatan dan keselamatan
kerja
g)
Menunjang pertumbuhan pribadi
(personal growht).
Adapun
perbedaan Tujuan antara pelatihan dan pengembangan secara umum
1.
Pelatihan.
Tujuan:
Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini. Sasaran:
Peningkatan kinerja jangka pendek. Orientasi: Kebutuhan jabatan sekarang.Efek
terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif rendah.
2.
Pengembangan.
Tujuan: Peningkatan
kemampuan individu bagi kepentingan jabatan yang akan datang. Sasaran:
Peningkatan kinerja jangka panjang. Orientasi: Kebutuhan perubahan terencana
atau tidak terencana. Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif
tinggi.
Jenis Pelatihan dan Pengembangan SDM
1. Pelatihan dan Pengembangan Keahlian.
Pelatihan keahlian
(skils training) merupakan pelatihan yang sering di
jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan
atau kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan
efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam
tahap penilaian.
2. Pelatihan dan Pengembangan Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan
ulang berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka
butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga
kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual
mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet
3. Pelatihan dan Pengembangan Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas
fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan karyawan
untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang
ditugaskan.
4. Pelatihan dan Pengembangan Tim.
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna
terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan
bersama dalam sebuah tim kerja.
5. Pelatihan dan Pengembangans Kreatifitas.
Pelatihan
kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada asumsi hahwa
kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk
mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan.
Teknik-teknik pelatihan dan pengembangan
Program-program pelatihan dan
pengembangan dirancang untuk meningkatkan perestasi kerja, mengurangi absensi
dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada dua kategori pokok
program pelatihan dan pengembangan manajemen.
1. Metode praktis (on the job training)
2. Teknik-teknik presentasi informasi dan metode-metode simulasi (off the job training)
Masing-masing
kategori mempunyai sasaran pengajaran sikap konsep atau pengetahuan dan/atau
keterampilan utama yang berbeda. Dalam pemilihan teknik tertentu untuk
dugunakan pada program pelatihan dan pengembangan, ada beberapa trade offs. Ini berarti tidak ada satu teknik yang
selalu baik: metode tergantung pada sejauh mana suatu teknik memenuhi
faktor-faktor berikut:
1. Efektivitas biaya.
2. Isi program yang dikehendaki
3. Kelayakan fasilitas-fasilitas
4. Preferensi dan kemampuan peserta
5. Preferensi dan kemampuan instruktur atau pelatih
6. Prinsip-prinsip belajar
Teknik-teknik on the job merupakan metode latihan yang paling
banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan sepervise
langsung seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai
macam teknik ini yang bisa digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut:
1. Rotasi jabatan
2. Latihan instruksi pekerjaan
3. Magang (apprenticeships)
4. Coaching
5. Penugasan sementara
Teknik-teknik off the job, dengan pendekatan ini karyawan
peserta latihan menerima representasi tiruan (articial) suatu
aspek organisasi dan diminta untuk menanggapinya seperti dalam keadaan
sebenarnya. Dan tujuan utama teknik presentrasi (penyajian) informasi adalah
untuk mengajarkan berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para peserta.
Metode yang bisa digunakan adalah:
1. Metode studi kasus
2. Kuliah
3. Studi sendiri
4. Program computer
5. Komperensi
6. Presentasi
Implementasi program pelatihan dan
pengembangan berfungsi sebagai proses transformasi. Pata tenaga kerja
(karyawan) yang tidak terlatih diubah menjadi karyawan-karyawan yang
berkemampuan dan berkulitas dalam bekerja, sehingga dapat diberikan
tanggungjawab lebih besar.
Tahapan Proses Pelatihan dan Pengembangan SDM
Sebelum pelatihan dapat
diselenggarakan, kabutuhan akan hal itu perlu dianalisis lebih dahulu. Hal
demikian disebut sebagai langkah/tahapan penilaian dari proses pelatihandan
pengembanga. beberapa tahapan berikutnya:
1. Penilaian
kebutuhan pelatihan.
·
Penilaian kebtuhan perusahaan
·
Penilaian kebutuhan tugas
·
Penilaian kebutuhan karyawan.
2. Perumusan
tujuan pelatihan.
Perumusan tujuan pelatihan harus ada
keterkaitan antara input, output, outcome, dan impact dan pelatihan itu
sendiri.
3. Prinsip-prinsip
pelatihan.
·
Partisipasi
·
Pendalaman
·
Relevansi
·
Pengalihan
·
Umpan balik
·
Suasana nyaman
·
Memiliki kriteria
4. Merancang
dan menyeleksi prosedur pelatihan
·
Pelatihan instruksi pekerjaan
·
Perputaran pekerjaan
·
Magang dan pelatihan
·
Kuliah dan presentasi
·
Permainan peran dan pemodelan
perilaku
·
Studi kasus
·
Simulasi
·
Studi mandiri dan pembelajaran
program
·
Pelatihan laboratorium
·
Pembelajaran aksi
Dalam tahapan ini menurut Gomes
terdapat paling kurang tiga tahapan utama dalam pelatihan dan pengembangan,
yakni: penentuan kebutuhan pelatihan, desain program pelatihan, evaluasi
program pelatihan.
1. Penentuan
kebutuhan pelatihan dan pengembangan
Adalah lebih sulit untuk menilai
kebutuhan-kebutuhan pelatihan bagi para pekerja yang ada daripada
mengorientasikan para pegawai yang baru. Dari satu segi kedua-duanya sama.
Tujuan penentuan kebutuhan pelatihan ini adalah untuk mengumpulkan sebanyak
mungkin informasi yang relevan guna mengetahui dan atau/menentukan apakah perlu
atau tidaknya pelatihan dalam organisasi tersebut.
Dalam tahapan ini terdapat tiga macam
kebutuhan akan pelatihan yaitu:
a). General treatment need, yaitu penilaian kebutuhan
pelatihan bagi semua pegawai dalam suatu klasifikasi pekerjaan tanpa
memperhatikan data mengenai kinerja dari seseorang pegawai tertentu.
b). Oversable performance discrepancies, yaitu jenis
penilaian kebutuhan pelatihan yang didasarkan pada hasil pengamatan terhadap
berbagai permasalahan, wawancara, daftar pertanyaan, dan evaluasi/penilaian
kinerja, dan dengan cara meminta para pekerja untuk mengawasi sendiri hasil
kerjanya sendiri.
c). Future human resources neeeds, yaitu jenis keperluan
pelatihan ini tidak berkaitan dengan ketidak sesuaian kinerja, tetapi Iebih
berkaitan dengan sumberdaya manusia untuk waktu yang akan datang.
2. Mendesain
program pelatihan dan pengembangan
Sebenarnya
persoalan performansi bisa disiatasi melalui perubahan dalam system feedback, seleksi atau imbalan, dan juga melalui
pelatihan. Atau akan Iebih mudah dengan melakukan pemecatan terhadap pegawai
selama masa percobaannya.
Jika pelatihan dan pengembangan
merupakan Solusi terbaik maka para manajer atau supervisor harus memutuskan
program pelatihan yang tepat yang bagaimana yang harus dijalankan. Ada dua
metode dan pririsip bagi pelatihan:
1. Metode .
Metode pelatihan dan pengembangan
yang tepat tergantung kepada tujuannya. Tujuan atau sasaran pelatihan dan
pengembangan yang berbeda akan berakibat pemakaian metode yang berbeda pula.
1. Prinsip umum bagi metode pelatihan dan pengembangan
Terlepas dari berhagai metode yang
ada, apapun bentuk metode yang dipilh, metode tersebut harus rnemenuhi prinsip
– prinsip seperti:
1 .Memotivasi para peserta pelatihan.
2. Memperlihatkan ketrampilan-ketrampilan.
3. Harus konsisten dangan isi pelatihan.
4. Peserta berpartisipasi aktif.
5. Memberikan kesempatan untuk perluasan ketrampilan.
6. Memberikan feedback.
7. Mendorong dari hasil pelatihan ke pekerjaan.
8. Harus efektif dari segi biaya.
9. Evaluasi
efektifitas program
Supaya efektif, pelatihan haru
merupakan suatu solusi yang tepat bagi permasalahan organisasi, yakni bahwa
pelatihan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan keterampilan. Untuk
meningkatkan usaha belajarnya,para pekerja harus menyadari perlunya perolheanb
informasi baru atau mempelajari keterampilan-keterampilan baru, dan keinginan
untuk belajar harus dipertahankan. Apa saja standar kinerja yang telah
ditetapkan, sang pegawai tidak harus dikecewakan oleh pelatih yang
menuntut terlalu banyak atau terlalau sedikit.
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk
menguji apakah pelatihan tersebut efektif di dalam mencapai sasaran-sasarannya
yang telah ditetapkan. Ini menghendaki identifikasi dan pengembangan kriteria
tertentu, diantaranya:
1) Tipe-tipe
efektifitas program pelatihan dan pengembangan.
Program pelatihan dan pengembangan
bisa dievaluasi berdasarkan informasi yang bisa diperoleh pada lima tingkatan:
1. reactions: Ukuran mengenai reaksi ini didesain untuk mengetahui opini dari para
peserta mengenai program pelatihan. Usaha untuk mendapatkan opini para peserta
tentang pelatihan ini, terutama didasarkan pada beberapa alasan utama, seperti:
untuk mengetahui sejauh mana para peserta merasa puas dengan program untuk
maksud diadakannya bebrapa revisi atas program pelatihan, untuk menjamin agar
para peserta yang lain bersikap represif untuk mengikuti program pelatihan.
2. Learning: Informasi yang ingin diperoleh melalui
jenis evaluasi ini adalah mengetahi seberapa jauh para peserta menguasai
konsep-konsep, pengetahuan, keterampilan-keterampilan yang diberikan selama
pelatihan.
3. Behaviors: Perilaku dari para peserta, sebelum dan sesudah pelatihan, dapat
dibandingkan guna mengetahui tingkat pengaruh pelatihan terhadap perubahan
performansi mereka. Langkah ini penting karena sasaran dari pelatihan adalah
untuk mengubah perilaku atau performansi para peseerta pelatihan setelah
diadakan program pelatihan.
4. Organizational
result: tujuan dari pengumpulan informasi pada level
ini adalah untuk menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau
organisasi secara keseluruhan.
5. Cost
effectivity: ini dimaksudkan untuk
mengetahui besarnya biaya yang dihabiskan bagi program pelatihan, dan apakah
besarnya biaya untuk pelatihan tersebut terhitung kecil atau besar dibandingkan
biaya yang timbul dari permasalah yang dialami oleh organisasi.
2) Model-model
penilaian effektifitas pelatihan dan pengembangan.
Proses evaluasi itu
sendiri bisa mendorong para pegawai untuk meningkatkan produktifitasnya. Untuk
mengetahui dampak dari pelatihan itu secara keseluruhan terhadap hasil atau
performansi seseorang atau suatu kelompok tertentu, umumnya terdapat dua
pilihan model penilaian dan pengembangan yaitu: 1. Uncontrolled model. 2. Controlled
model.
Model pertama ini bisanya tidak
memakai kelompok pembanding dalam melakukan penilaian damapak pelatihan
terhadap hasil dan/atau performansi kerjanya. Sedangkan model kedua adalah
model yang dalam melakukan penilaian efektivitas program pelatihan menggunakan
sestem membanding yaitu membandingkan hasil dari orang atau kelompok yang tidak
mengikuti pelatihan.
Menurut Dessler Program
pelatihan terdiri dari lima langkah:
Pertama: Langkah analisis kebutuhan, yaitu mengetahui keterampilan kerja
spesifik yang dibutuhkan, menganalisa keterampilan dan kebutuhan calon yang
akan dilatih, dan mengembangkan pengetahuan khusus yang terukur serta tujuan
perestasi.
Kedua: Merancang instruksi, untuk memutuskan, menyusun, dan menghasilkan
isi program pelatihan, termasuk buku kerja, latihan dan aktivitas.
Ketiga: lagkah validasi, yaitu program pelatihan dengan menyajiakn kepada
beberapa orang yang bisa mewakili.
Keempat: menerapkan program itu, yaitu melatih karyawan yang ditargetkan.
Kelima: Langkah evaluasi dan tindak lanjut, dimana manejemen menilai
keberhasilan atau kegagalan program ini.[11]
Adapun dalam proses tahapan
pengembangan dan pelatihan yang diterapkan perlu diukur apakah baik atau tidak.
Pengembangan dan pelatihan dapat dikatakan baik jika mencapai sasaran sesuai
yang diinginkan, yaitu dapat meningkatkan kualitas karyawan dalam mengerjakan
pekerjaanya. Dengan pengukuran ini kita dapan menarik kesimpulan apa perlu
diganti atau hanya perlu disempurnakan saja. Indikator –indikator pengembangan
dan pelatihan SDM yang diterapkan antara lain, sebagaimana berikut:
·
Prestasi kerja karyawan, apabila
prestasi kerja atau produktifitas kerja karyawan setelah mengikuti pengembangan
dan pelatihan, baik kualitas maupun kuantitas kerjanya meningkat maka berarti
pengembangan dan pelatihan yang dilakukan cukup baik, tetapi jika prestasi
kerjanya tetap, maka pengembangan dan pelatihan yanag dilakukan kurang baik dan
perlu adanya perbaikan
·
Kedisiplinan karyawan, jika
kedisiplinan karyawan setelah mengikuti pengembangan dan pelatihan semakin
baik, maka pengembangan dan pelatihan yang dilakukan tersebut sudah baik, akan
tetapi jika kedisiplinan tidak meningkat berarti pengembangan dan pelatihan
yang dilakukan kurang baik
·
Absensi karyawan, kalau absensi
karyawan setelah mengikuti pengembangan dan pelatihan meningkat maka
pengembangan dan pelatihan yang dilakukan tersebut sudah baik, sebaliknya
apabila pengembangan dan pelatihan yang diterapkan kurang baik
·
Kalau tingkat kerusakan produksi,
alat mesin, setelah karyawan mengikuti pengembangan dan pelatihan berkurang
maka pengembangan dan pelatihan yang dilakukan tersebut sudah baik, sebaliknya
jika tetap maka maka pengembangan dan pelatihan kirang baik
·
Tingkat kecelakaan karyawan harus
berkurang setelah mereka mengikuti program pengembangan dan pelatihan, jika
tidak berkurang berarti pengembangan dan pelatihan yang dilakukan perlu
disempurnakan lagi
·
Tingkat pemborosan bahan baku,
tenaga, dan waktu, berkurang atau efisiensi semakin baik maka pengembangan dan
elatihan yang dilakukan sudah baik, sebaliknya jika tetap berarti pengembangan
dan pelatihan yang dilakukan itu kurang baik
·
Tingkat kerjasama karyawan harus
semakin serasi, harmonis, dan baik setelah mereka mengikuti pengembangan dan
pelatihan, jika tidak ada perbaiakan kerjassama maka pengembangan dan pelatihan
yang dilakukan itu kurang baik
·
Tingkat upah insentif karyawan
meningkat setelah mengikuti pengembangan maka pengembangan dan pelatihan yang
dilakukan itu baik, sebaliknya jika tetap maka pengembangan dan pelatihan itu
kurang baik
·
Prakarsa karyawan harus meningkat
setelah mengikuti pengembangan dan pelatihan, jika tidak meningkat atau tetap
berarti pengembangan dan pelatihan kurang baik. Dalam hal ini karyawan
diharapkan dapat bekerja mandiri serta bisa mengembangkan kreatifitasnya
·
Kepemimpinan atau keputusan-
keputussan yang ditetapkan oleh manajer setelah dia mengikuti pengembangan dan
pelatihan harus semakin baik, kerjasama semakin serasi, sasaran yang dicapai
semakin besar, ketegangan- ketegangan berkurang serta kepuasan kerja karyawan
meningkat , kalauu hal di atas tercapai maka pengembangan dan pelatihan yang
dilakukan baik, sebaliknya jika hal diatas tidak tercapai berarti pengembangan
dan pelatihan yang dilakukan kurang baik
1. Syarat-
syarat Pelatih dalam Pengembangan
Seorang pelatih atau instruktur hendaknya memiliki syarat- syarat
tertentu agar supaya bisa berhasil dalam melakukan pengembangan terhadap
karyawan, diantaranya yaitu:
1. Teaching
Skills , seorang pelatih harus mempunyai kecakapan
intuk mendidik atau mengajarkan, membimbingkan, memberi petunjuk, dan
mentransfer pengetahuannyakepada peserta pengembangan. Ia harus dapat
memberikan semangat, membina dan mengembaangkan agar peserta mampu untuk
bekerja mandiri serta dapat menumbuhkan kepercayaan pada dirinya
2. Comunications
skills, seorang pelatih harus mempunyai kecakapan
komunikasi baik lisan, maupun tulisan secara efektif. Jadi suaranya jelas,
tulisannya baik, dan kata-katanya mudah dipahami peserta pengembangan
3. Personality
autholity, seorang pelatih harus memiliki kewibawaan terhadap
peserta pengembangan. Ia harus berperilaku baik, sifat, dan kepribadiannya
disenangi, kemampuan dan kecakapannya diakui
4. Social
skills, seorang pelatih harus mempunyai kemahiran dalam
bidang sosial agar terjamin kepercayaan dan kesetiaan dari para peserta
pengembanga. Ia harus suka menolong, obyektif, dan senang jika anak didiknya
maju serta dapat menghargai pendapat orang lain
5. Technical
competent, seorang pelatih harus berkemampuan teknis,
kecakapan teoritis, dan tangkas dalam mengambil suatu keputussan
6. Stabilitas
esmosi, seorang pelatih tidak boleh berprasangkajelek
terhadap anak didiknya, tidak boleh cepar marah, mempunyai sifat kepapakan,
keterbukaan, tidak pendendam, serta memberi nilai yang objektif
1. Kendala-
Kendala Pelatihan dan Pengembangan
Kendala pengembangan (development) yang
dilaksanakan selalu ada dan kita harus berusaha membanahi pengaruh
kendala-kendala tersebut. Kendala- kendala pengembangan akan menghambat
lancarnya pelaksanaan latihan dan pendidikan sehingga sasaran yang tercapai
kurang memuaskan. Kendala- kendala pengembangan berkaitan dengan peserta,
pelatih atau anstruktur, fasilitas pengembangan, kurikulum, dan dana
pengembangan.
1. Peserta pengembangan dan latihan mempunyai latar belakang yang
tidak sama, atau heteroge, seperti pendidikan dasarnya, pengalaman kerjanya,
dan usianya. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat kelancaran pelaksanaan
latihan dan pendidikan karena daya tangkap, persepsi, dan daya nalar mereka
terhadap pelajaran yang diberikan berbeda
2. Pelatih atau instruktur yang ahli dan cakap mentransfer
pengetahuannyakepada para peserta latihan dan pendidikan sulit didapat.
Akibatnya sasaran yang diinginkan tidak tercapai. Misalnya, ada pelatih yang
ahli dan pintar tetapi tidak dapat mengajar dan berkomunikasi secara
efektif atau teaching skill– nya
tidak efektif, jadi dia hanya pintar serta ahli untuk dirinya sendiri
3. Fasilitas pengembangan dan prasarana yang dibutuhkan untuk latihan dan
pendidikan sangat kurang atau tidak baik. Misalnya buku- buku atau alat-alat
dan mesin- mesin, yang akan digunakan untuk praktek kurang atau tidak ada. Hal
ini akan menyulitkan dan menghambat lancarnya pengembangan dan pelatihan
4. Kurikulum yang ditetapkan dan diajarkan kurang serasi atau menyimpang
serta tidak sistematis untuk mendukung sasaran yang diinginan oleh
pekerjaanatau jabatan peserta bersangkutan, untuk menetapkan kirikulum dan
waktu mengajarkannya yang tepat sangat sulit
5. Dana pengembangan, dana yang tersedia untuk pengembangan sangat terbata,
sehingga seringdilakukan secara terpaksa, bahkan pelatih maupun sarananya
kurang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan
1. Manfaat
pelatihan dan pengembangan
Pelatihan mempunyai andil besar dalam
menentukan efektifitas dan efisiensi organisasi. Beberapa manfaat nyata dari
program pelatihan dan pengembangan adalah:
1. Manfaat
Umum
·
Meningkatkan kuantitas dan kualitas
produktivitas
·
Mengurangi waktu belajar yang
diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja yang dapat diterima
·
Membentuk sikap, loyalitas, dan
kerjasama yang lebih menguntungkan.
·
Memenuhi kebutuhan perencanaan
semberdaya manusia
·
Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan
kerja.
·
Membantu karyawan dalam peningkatan
dan pengembangan pribadi mereka.
2. Manfaat
Bagi Perusahaan
·
Mengarahkan kemampulabaan dan atau
lebih bersikap positif terhadap orientasi pada keuntungan
·
Memperbaiki pengetahuan dan
keterampilan pada semua tingkat perusahaan
·
Membantu orang mengidentifikasi
tujuan perusahaan
·
Membantu menciptakan citra perusahaan
yang lebih baik
·
Memperbaiki hubungan antara atasan
dan bawahan
3. Manfaat
bagi individual
·
Membantu individu dalam mengambil
keputusan yang lebih baik dan pemecahan masalah yang efektif.
·
Melalui pelatihan dan pengembangan,
perubah motivasi dari pengakuan, prestasi, pertumbuhan, tanggung jawab, dan
kemajuan diinternalisasikan dan dilaksanakan.
·
Membantu dalam mendorong dan mencapai
pengembangan dan kepercayaan diri.
·
Membantu seseorang dalam mengatasi
stress, tensi, kekecewaan dan konflik.
·
Menyediakan informasi untuk
memperbaiki pengetahuan kepemimpinan, keterampilan berkomunikasi dan sikap.
4. Manfaat
untuk Personal, Hubungan Manusia dan Pelaksanaan Kebijakan
·
Memperbaiki komunikasi antara kelompok
dan individual
·
Membantu dalam orientasi untuk
karyawan baru dan mendapatkan pekerjaan baru melalui pengalihan atau promosi
·
Menyediakan informasi tentang
kesempatan yang sama dan kegiatan yang disepakati
·
Memperbaiki keterampilan hubungan
lintas personal
·
Memperbaiki kebijakan, aturan dan
regulasi perusahaan yang dapat dilaksanakan
Sumber:https://ahmadartkhoiri.wordpress.com/2015/02/03/pelatihan-dan-pengembangan-sumber-daya-manusia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar