Sabtu, 12 Oktober 2019

Pendahuluan dan Ruang Lingkup Manajemen SDM

Dilihat dari objek yang akan ditelaah, pada dasarnya Manajemen Sumber Daya Manusia, dapat dibedakan atas :
1.     Pendekatan Secara Mikro
Pendekatan Manajemen SDM secara mikro, merupakan penelaahan yang dilakukan dengan sumber telaah adalah Sumber daya Manusia (SDM) yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan (mikro). Pendekataan secara ini disebut jugapendekatan dalam arti sempit.
2.      Pendekatan Secara Makro
Pendekatan Manajemen secara makro merupakan cara penelaahan yang dilakukan dengan menjadikan SDM yang ada dalam suatu negara sebagai sumber telaahan (studi). Namun demikian, buku ini akan menelaah MSDM secara mikro, atau MSDM dalam artian sempit, yaitu bagaimana mekanisme kehidupan SDM dalam suatau organisasi atau perusahaan, mulai dari perencanaan, pengadaan, penempatan, pengembangan, pemeliharaan, pemberian imbalan, sampai pemberhentian atau memasuki masa perna-tugas.

Pengertian manajemen sumber daya manusia
Menurut Agus Suntoyo ( 2008 : 5), Manajemen Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan sebagai serangkaian tindakan dalam hal pemikiran, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan pengembangan sumber daya manusia-bukan sumber dayanya yang lainnya-untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu, maupun organisasi.

Perkembangan Mnajemen Sumber Daya Manusia.

Kini sampailah kita untuk mengemukakan sedikit bagaimana perkembangan MSDM dan bagaimana pula penerapan MSDM itu dilakukan dalam kehidupan berkelompok atau dalam organisasi dari dulu sampai sekarang. Untuk menentukan kapan pastinya MSDM mulai diterapkan dalam kehidupan berkelompok, mungkin tidak ada yang dapat menjawabnya. Namun yang jelas penerapan MSDM itu sudah ada sejak dikenalnya kehidupan berkelompok diantara manusia, walaupun semua sifatnya masih belum seperti sekarang. Dengan kata lain, penerapan MSDM sudah sama tuanya dengan umur kehidupan manusia itu sendiri.
Beberapa pendekatan MSD pada dasarnya cara pendekatan terhadap MSDM tersebut dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1.      Pendekatan Konvensional
Pendekatan konvensional ini merupakan cara pendekatan yang dilakukan manajemen terhadap SDM dalam suatu organisasi, yang mengganggap bahwa SDM hanya sekadar salah satu faktor produksi saja, yang tenaganya dipacu bekerja untuk lebih produktif sepertinya produktifnya mesin-mesin yang digunakan. Maka bila tidak prodiktif lagi sewaktu-waktu  dapat diganti atau dibuang seperti halnya mesin-mesin yang sudah tua dan tidak prosuktif lagi.
Penganut pendekatan ini menganggap manusia tidak ubahnya sebagai benda (mesin). Yang keberadaanya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Dengan cara pendekatan konvensional ini terjadi pelecehan pada harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan makhluk Allah yang paling mulia diatas bumi.
Menurut Drs.Heidjrachman, pendekatan yang salah kaprah ini dapat menimbulkan empat kondisi yang amat merugikan SDM, yaitu:
1.     Terjadinya pengangguran SDM
2.     Tidak adanya jaminan dalam pekerjaan
3.     Berkurangnya rasa bangga dalam pekerjaan
4.     Bertumbuhnya organisasi-organisasi atau serikat-serikat pekerja
2.      Pendekatan Kompromistis
Cara pendekatan kompromistis atau panternalis merupakan perbaikan dari pendekatan konvensional. Bila pada pendekatan konvensional pada SDM dianggap hanya sebagai “penumpang” dalam perusahaan, maka pada pendekatan kompromistis ini, para SDM dianggap sebagai “anak kandung” yang harus dilindungi dan disayangi.
Dalam kondisi ini, para manjemen melihat mulai memperhatikan keberadaan SDM, SDM tidak lagi dianggap sebagai faktor produksi belaka, tetapi juga sebagai milik perusahaan.
3.      Pendekatan Kontemporer
Pendekatan ini menganggap bahwa pencapaian tujuan organiasi tidak dapat dilepaskan dari kontribusi yang diberikan oleh semua pihak kepada perusahaan, terutama kontribusi para SDM-nya, dismaping adil pihak-pihak lain disekitarnya  (masyarakat, pemerintah dan sebagainya).

 Fungsi-Fungsi Operasional SDM
Fungsi operasional dalam Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan basic (dasar) pelaksanaan proses MSDM yang efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi/perusahaan. Fungsi operasional tersebut terbagi 8 (delapan), secara singkat sebagai berikut :
1.      Perencanaan (Planning) adalah proses penentuan langkah-langkah yang akan dilakukan di masa datang. Fungsi perencanaan meliputi:
v  Menganalisis pekerjaan yang ada
v  Menyusun uraian pekerjaan
v  Menyusun persyaratan pekerjaan
v  Menentukan sumber-sumber penarikan SDM
2.      Pengadaan (Procrutment) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Fungsi pengadaan meliputi :
1)      Mengumumkan dan menerima surat lamaran
2)      Melakukan seleksi
3)      Melakukan orientasi dan pelatihan pratugas
4)      Pengangkatan SDM
5)      Penempatan SDM
3.      Pengembangan (Development) adalah proses peningkatan ketrampilan teknis, teoristik, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Fungsi pengembangan meliputi:
1)      Penilaian prestasi kerja
2)      Perencanaan karir
3)      Pendidikan dan pelatihan
4)      Pemberian tugas
5)      Mutasi dan promosi
6)      Motivasi dan disiplin kerja
4.      Kompensasi (Compesation) adalan pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (inderct), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikannya kepada perusahaan. Fungsi kompensasi meliputi:
1)      Penggajian dan pengupahan
2)      Pemberian tunjangan-tunjangan
3)      Pangkat dan jabatan
4)      Pemberian penghargaan
5.      Pengintegrasian (Integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan.
6.      Pemeliharaan (Maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka bekerja sama sampai pensiun. Fungsi pemeliharaan meliputi:
1)      Pemeliharaan kebugaran fisik dan jiwa raga
2)      Pemeliharaan keamanan dan keselamatan kerja
3)      Pemberian jaminan perumahan
4)      Pemeliharaan kesehatan
5)      Pemeliharaan kesejahteraan rumah tangga SDM
6)      Pemeliharaan hubungan kerja dan hak asasi SDM
7.      Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma social.
8.      Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahan. Dalam fungsi ini manajer SDM mengatur hak-hak para pensiun yang dapat diberikan kepada mereka yang telah berjasa besar terhadap perusahaan.
Perilaku Karyawan
Perilaku adalah tingkah laku yang terdiri atas tingkah laku yang tidak dapat dari luar, misalnya keinginan untuk pindah (intent to leave) dan ada yang dengan jelas dilihat dari luar, misalnya perputaran tenaga kerja dan ketidakhadiran.
Dari teori dapat diketahui bahwa ketidakpuasan atau kepuasan yang rendah akan meningkatkan perputaran tenaga kerja dan ketidakhadiran. Konsep-konsep ini paling sering digunakan untuk memahami semangat kerja karyawan (Talacchi, 1960). Berikut diuraikan cara pengukurannya.
1.      Perputaran Tenaga Kerja
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perputaran tenaga kerja sudah pernah dbahas dalam bab sebelumnya dimana datanya dapat diperoleh dari bagian personalia, namun karena untuk memperoleh data dari masing-masing karyawan yang dijadikan responden
 dalam penelitian pada umumnya sukar untuk diperoleh, maka untuk itu digunakan konsep perilaku yang tidak langsung dapat dilihat yaitu keinginan untuk pindah (intent to leave).
1.      Keinginan untuk Pindah
Keinginan untuk pindah dapat diukur dengan mengembangkan pertanyaan yang dikemukakan oleh Hom and Griffeth, 1991; 1995; Motowildo, 1983, yaitu sebagai berikut.
1)      I have been thingking about quitting the present job.
2)      I have been evaluating the cost of quitting my job.
3)      I intent to quit.
4)      I will quit my job uin the next six months.
2.      Ketidakhadiran
Dari uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa ketidakhadiran adalah kegagalan untuk hadir ditempat kerja pada hari kerja. Faktor-faktor penyebab perilaku ini banyak diteliti karena dapat mempengaruhi prestasi kerja.
3.      Hubungan Ketidakhadiran dengan Kepuasan Kerja
Penelitian tentang hubungan ketidakpuasan dengan ketidakhadiran adalah rumit. Pandangan tradisional mengemukakan bahwa ketidakhadiran disebabkan oleh ketidakpuasan (Porter and Steers, 1973), namun kemudian para peneliti mengemukakan bahwa ketidakhadiran yang menyebabkan ketidakpuasan kerja (Goodman and Atkin, 1984; Rhodes and Steers, 1990). Sehingga akhirnya ada pula yang mengemukakan bahwa hubungannya timbal balik (Clegg, 1983) dimana ia berpendapat bahwa dengan menggunakan beberapa pengujian yang berkelanjutan (few longitudinal test) ditemukan bahwa ketidakhadiran lebih sering mempengaruhi ketidakpuasan dan tidak sebaliknya.
4.      Hubungan Ketidakhadiran dengan Prestasi Kerja
Selain dengan kepuasan kerja, ketidakhadiran juga mempunyai hubungan yang negatif dengan prestasi kerja. Bycio (1992) mengemukakan bahwa ketidakhadiran dapat mengakibatkan rendahnya kinerja.
5.      Hubungan Ketidakhadiran dengan Gaya Kepemimpinan
John dan Nicholson (1982) mengemukakan bahwa ketidakhadiran dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan terhadap ketidakhadiran itu. Para pemimpin akan memberikan sanksi pada karyawan yang jarang masuk dan akan mengurangi pemberian penghargaan kepada mereka.
1.      Pengaruh Karakteristik Individu dan Kerumitan Pekerjaan Terhadap Hubungan Kepuasan Kerja dengan Ketidakhadiran, Prestasi Kerja dan Gaya Kepemimpinan.
Hubungan antara kepuasan kerja dengan ketidakhadiran pada umumnya dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu, misalnya usia dan masa kerja (Nicholson, 1977), kerumitan pekerjaan (House dan Mitchell, 1974), dan gaya kepemimpinan (Clegg, 1983). Gaya kepemimpinan yang mendukung (supportive leadership) dapat menurunkan ketidakhadiran bagi pekerjaan yang sederhana dibandingkan dengan yang rumit.
2.      Alat ukur yang Digunakan
Terlepas dari apakah sebagai penyebab atau sebagai akibat, ketidakhadiran, sebagaimana halnya dengan keinginan untuk pindah, konsep ini juga perlu diukur dengan sejumlah pertanyaan jika data ketidakhadiran dari masing-masing responden sulit untuk diperoleh.
Hammer dan Landau, 1982; Harisson dan Hulin, 1989 mengukur ketidakhadiran dengan menggunakan tiga macam data, yaitu:
1)      Waktu yang hilang (jumlah jam ketidakhadiran yang tidak dicatat)
2)      Frekuensi (jumlah waktu ketidakhadiran yang tidak tercatat)
3)      Ketidakhadiran yang tercatat (jumlah ketidakhadiran), data yang dipakai adalah data selama 12 bulan.
Referensi :

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar